Netra, Jakarta – Banjir rob kembali menerjang sejumlah titik pesisir Jakarta Utara pada Minggu malam (22/6). Air laut yang meluap menggenangi kawasan permukiman seperti Muara Angke dan RW 22, Pluit, Penjaringan, dengan ketinggian air mencapai 55 cm.
Laporan warganet di media sosial memperlihatkan kondisi terkini di lapangan. Akun Instagram @ilhamapriyanto menyebut air mulai masuk ke rumah-rumah warga Muara Angke sejak pukul 22.00 WIB.
Sementara akun @cilincinginfo melaporkan genangan setinggi 30–40 cm juga muncul di Jalan RE Martadinata hingga merembes ke rel kereta api di depan Jakarta International Stadium (JIS).
“Air sudah masuk ke jalur kereta depan JIS. Bagi warga, terutama pengendara motor, harap hindari Jalan RE Martadinata,” tulis akun @cilincinginfo.
Menanggapi kondisi tersebut, Anggota Komisi XII DPR RI, Nurwayah, menyampaikan keprihatinannya. Ia menilai banjir rob bukan lagi sekadar peringatan musiman, melainkan situasi darurat yang harus ditangani serius.
“Setiap tahun masyarakat pesisir seperti di Muara Angke menjadi korban banjir rob. Ini bukan lagi sekadar peringatan, tapi kondisi darurat nyata yang harus ditangani secara serius dan sistematis,” ujar Nurwayah dalam keterangan diterima Netra, Rabu (25/6/2025).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Maritim Tanjung Priok sebelumnya memprediksi potensi banjir rob akibat fenomena Super New Moon dan perigee yang diperkirakan terjadi pada 27 Juni 2025. Wilayah yang berpotensi terdampak meliputi Pluit, Muara Angke, Ancol, Kalibaru, Kamal, Cilincing, Tanjung Priok, hingga Kepulauan Seribu.
Nurwayah menekankan perlunya solusi jangka panjang untuk melindungi masyarakat yang terdampak banjir rob secara berkala.
“Kalau setiap bulan warga harus menghadapi banjir rob selama lima hingga tujuh hari, ini sangat tidak sehat dan berbahaya. Kita butuh perlindungan permanen,” ujarnya.
Ia pun mendukung percepatan pembangunan proyek strategis nasional Giant Sea Wall, yang berada di bawah koordinasi Kemenko Infrastruktur pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Proyek ini ditaksir menelan biaya hingga USD 80 miliar atau setara dengan Rp 1.297 triliun, dengan rencana konstruksi sepanjang 500 kilometer dari Banten hingga Jawa Timur dan target rampung dalam 15–20 tahun ke depan.
“Giant Sea Wall adalah solusi permanen yang dibutuhkan untuk melindungi jutaan warga Jakarta Utara,” tegas legislator dari Fraksi Partai Demokrat itu.
Tak hanya infrastruktur beton, Nurwayah juga menekankan pentingnya mengintegrasikan pendekatan berbasis alam dalam proyek tersebut.
“Saya sepakat dengan pendekatan integratif. Beton saja tidak cukup. Reboisasi mangrove sangat penting sebagai benteng alami,” tambahnya.
