Netra, Jakarta – Bareskrim Polri melalui Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) menggelar serangkaian pengujian terkait dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo. Salah satu objek pemeriksaan adalah skripsi berjudul “Studi tentang Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kotamadya Surakarta”, yang ditulis Jokowi saat menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Atas skripsi tersebut telah diuji Puslabfor dengan skripsi rekan-rekan senior dan junior Bapak Joko Widodo,” ujar Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Dalam pemeriksaan itu, penyidik turut meneliti jenis mesin ketik yang digunakan Jokowi. Djuhandhani menjelaskan, saat itu dikenal dua jenis mesin tik, yakni tipe Pica dan Elite.
“Tipe Pica memuat 10 huruf dalam 1 inch dan tidak menunjuk font tertentu yang sekarang ada dalam tipe ketikan digital,” katanya.
Penelitian dilakukan dari Bab I hingga akhir skripsi. Hasilnya, naskah ditulis menggunakan mesin tik tipe Pica. Sementara lembar pengesahan dicetak memakai teknik handpress letterpress.
“Khusus lembar pengesahan skripsi, dibuat dengan handpress letterpress, sehingga apabila diraba tulisannya tidak rata atau cekung,” ucapnya.
Temuan tersebut diperkuat dengan kesaksian pemilik percetakan yang membenarkan penggunaan mesin tik dan letterpress saat itu.
“Terhadap uji labfor tersebut bersesuaian dengan pemilik percetakan saat itu, sehingga terjawab tidak ada proses cetak menggunakan alat cetak lain selain mesin ketik, handpress atau letterpress,” tambahnya.
Selain skripsi, penyidik juga memverifikasi dokumen ijazah asli atas nama Joko Widodo dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 1681KT, tertanggal 5 November 1985. Uji laboratorium dilakukan dengan membandingkan dokumen milik Jokowi dan tiga rekan seangkatannya.
Pemeriksaan mencakup bahan kertas, pengamanan, teknik cetak, tinta tulisan tangan, cap stempel, serta tanda tangan dekan dan rektor.
“Maka antara bukti dan pembanding adalah identik atau berasal dari satu produk yang sama,” lanjut dia.
Penyelidikan turut menemukan bahwa skripsi Jokowi telah didigitalisasi ke dalam sistem perpustakaan elektronik UGM bernama Electronic Theses and Dissertation (ETD).
“Penyelidik juga mendapatkan fakta terhadap skripsi milik Bapak Jokowi diduga dialihkan atau dimediakan digitalisasi pada tahun 2016 dan diunggah 2019 berdasarkan data digital pada aplikasi elektronik ETD UGM dan data log input oleh admin perpustakaan Fakultas UGM. Aplikasi ETD UGM ini sendiri mulai pada tahun 2010,” jelasnya.
Djuhandhani menambahkan, khusus untuk Fakultas Kehutanan, data skripsi yang diunggah ke ETD UGM umumnya hanya sampai tahun 1990. Namun skripsi Jokowi diunggah lebih awal karena pertimbangan khusus.
“Dan perlu kami sampaikan data pada ETD terkait fakultas kehutanan sampai saat ini yang di-upload baru sampai tahun 1990, namun oleh admin, karena wujud kebanggaan dari Fakultas Kehutanan ada yang menjadi tokoh nasional dan menjadi Presiden, oleh admin di-upload dan itu satu-satunya di-upload, sementara yang lainnya, yang Kehutanan baru sampai lulusan 1990,” jelasnya.