Netra, Jakarta – Musisi sekaligus Anggota DPR RI Ahmad Dhani memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) guna pemeriksaan terkait dua laporan yakni penghinaan marga Pono dan melecehkan perempuan saat rapat Komisi X dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membahas ide naturalisasi.
Pantauan Netra di ruang MKD DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (7/5/2025), Ahmad Dhani terlihat memasuki ruangan pukul 10.02 WIB. Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra ini, datang menggunakan setelan jas dan peci berwarna hitam.
Ahmad Dhani nampak irit bicara saat hendak memasuki ruang MKD. Ia juga membantah kedatangannya ke MKD untuk melakukan pemeriksaan.
“Pemeriksaan apa? Nggak ada pemeriksaan,” ujar Ahmad Dhani sambil memasuki ruangan.
Diketahui, pemeriksaan Ahmad Dhani di MKD berlangsung secara tertutup. Dijadwalkan MKD akan mendalami dua perkara laporan terhadap Ahmad Dhani.
Sebagai informasi, Rayen Pono sebagai salah satu pihak pelapor dipanggil MKD DPR RI, pada Selasa (6/5) kemarin. Pemanggilan itu didasari laporannya kepada Ahmad Dhani atas dugaan pelanggaran kode etik terkait dugaan penghinaan marga Pono, yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain itu, laporan kedua terkait dengan pernyataan kontroversial di rapat Komisi X DPR dengan Kemenpora, pada Maret lalu.
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) dalam kasus ini melaporkan pernyataan ide naturalisasi Ahmad Dhani yang menyebut pemain sepakbola yang sudah di atas usia 40 tahun atau duda dinikahkan dengan WNI perempuan atau janda. Sehingga anak hasil pernikahan itu dibina dan diharapkan menjadi pemain sepakbola yang mumpuni.
Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani mengecam pernyataan tersebut. Menurutnya, Ahmad Dhani telah melecehkan perempuan dengan anggapan perempuan hanya mesin reproduksi anak.
“Dengan beralibi ‘out of the box’ dan intonasi bercanda, AD mengusulkan agar naturalisasi diperluas bagi pemain bola ‘di atas 40 tahun… dan mungkin yang duda’ untuk dinikahkan dengan perempuan agar menghasilkan keturunan ‘Indonesian born’ yang dinilainya akan bisa memiliki kualitas keterampilan sepakbola yang lebih baik,” kata Andy Yentriyani dalam keterangannya, Rabu (12/3/2025).
“Pernyataan AD dinilai melecehkan karena menempatkan perempuan sekadar mesin reproduksi anak, pelayan seksual suami. Apalagi pernyataan ini dilanjutkan dengan menyebutkan bahwa jika pemain sepakbola yang dinaturalisasi itu beragama Islam, maka bisa dinikahkan dengan empat perempuan,” tambahnya.