Netra, Jakarta – Ketua MPR RI sekaligus Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mendukung usulan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) tentang mosi integral Natsir sebagai hari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Diketahui Muzani menghadiri halal bihalal dengan keluarga besar DDII pada Sabtu (19/4/2025), di Jakarta Pusat.
Sebagai informasi Mosi Integral Natsir adalah mosi yang diajukan oleh Mohammad Natsir, seorang tokoh politik Islam dan pemimpin Partai Masyumi, di hadapan parlemen RIS (Republik Indonesia Serikat) pada 3 April 1950. Natsir mengusulkan agar negara-negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat kembali bersatu menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Hari Pancasila dan Hari Sumpah Pemuda, dua hal ini kita peringati. Yang terlupakan yang baru saja disampaikan kawan-kawan Dewan Dakwah. Mosi integral Natsir menjadi cikal bakal NKRI itu adalah bentuk penyatuan kita menyempurnakan sejarah bangsa kita dari 1928 (sumpah pemuda), 18 Agustus 1945 (penetapan Pancasila sebagai dasar negara), dan kembali ke NKRI (1950),” ungkap Muzani dalam keterangannya, Minggu (20/4/20205).
Menurut Muzani, Sejak Republik Indonesia merdeka pada tahun 1945 sampai mosi integral Natsir tahun 1950, bentuk negara Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Yang terakhir RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke NKRI.
“Kenapa kemudian pandangan ini bisa diterima dengan cepat (Pembubaran RIS dan kembali ke NKRI) oleh fraksi-fraksi yang berbeda pandangan politik dan berbeda ideologi ketika itu? karena mereka punya kesamaan pandangan dan kepentingan kenapa kita harus kembali pada NKRI,” jelas Muzani.
Bagi Muzani jika Indonesia saat itu tidak memilih kembali menjadi NKRI atau mempertahankan bentuk federal RIS maka persatuan dan kesatuan seperti saat ini tidak akan terjadi.
“Ketika itu jika kita baca referensi, pegelompokan kita dalam bernegara makin jadi atas dasar kedaerahan. Sebagai orang yang memiliki visi ke depan tentang Indonesia, Natsir melihat kalau bentuk negara federal ini diteruskan ada bahaya dan ancamannya bagi masa depan bangsa ini, apa bahayanya? Yakni persatuan yang kita cita-citakan dalam bernegara, dalam merah putih, dalam NKRI, bisa rusak dan terpecah belah,” ujar Sekjen Gerindra itu.