Netra, Jakarta – Hamas dikabarkan telah mendapat tawaran untuk gencatan senjata selama 45 Hari dari Israel. Namub tawaran gencatan senjata itu disebut memiliki beberapa poin yang memberatkan Hamas.
Dilansir AFP, Selasa (15/4/2025), seorang pejabat Hamas mengatakan kepada AFP bahwa Israel menuntut agar Hamas melucuti senjata mereka untuk mengakhiri perang Gaza. Namun, kelompok militan Palestina menilai sikap Israel telah melewati ‘garis merah’.
Menurut mediator antara Palestina dan Israel, dalam tawaran gencatan senjata dari Israel juga terdapat poin pembebasan setengah dari jumlah keseluruhan sandera pada minggu pertama sejak perjanjian disepakati.
Israel menyebut tawaran gencatan senjata itu berlangsung hanya salama 45 hari. Pihak Palestina juga diminta melucuti senjata dari semua faksi agar perang berhenti secara permanen.
“Usulan tersebut mencakup pelucutan senjata Hamas dan semua faksi bersenjata Palestina di Jalur Gaza sebagai syarat untuk mengakhiri perang secara permanen,” kata pejabat itu.
Tawaran Ditinjau Hamas
Para pemimpin Hamas dikabarkan tengah meninjau tawaran tersebut. Terkait syarat pelucutan senjata, salah seorang pejabat menyebut hal itu tidak dapat dinegosiasi.
“Posisi Hamas dan faksi-faksi perlawanan adalah senjata perlawanan adalah garis merah dan tidak dapat dinegosiasikan,” kata pejabat itu.
Sebelumnya, PBB menuturkan telah terjadi krisis kemanusian ekstrem di Gaza. Hal itu terjadi karena tidak ada bantuan bisa masuk ke wilayah itu. Kondisi tersebut memperburuk keadaan secara cepat.
PBB mengatakan ketersedian untuk warga di Gaza semakin terbatas, yakni meliputi persedian medis, bahan bakar, air dan kebutuhan pokok lainnya.
“Situasi kemanusiaan saat ini kemungkinan merupakan yang terburuk dalam 18 bulan sejak pecahnya permusuhan,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Para relawan terpaksa “melakukan pembatasan dan mengurangi pengiriman (bantuan) untuk memanfaatkan persediaan yang tersisa,” kata OCHA.
Seorang dokter dari Rumah Sakit Nasser di Kota Selatan Khan Yunis mengatakan pihak medis telah bekerja tanpa henti, meskipun dalam kondisi “kekurangan dalam segala hal”.
Hamas Ingin Israel Akhiri Perang
Salah seorang pejabat senior Hamas, Taher al-Nunu mengatakan kemungkinan kelompoknya menerima pembebasan semua sandera Israel.
Namun Israel harus memberikan jaminan untuk menyudahi perang sepenuhnya. Taher al-Nunu mengaku masih khawatir mengingat pengingkaran terhadap kesepakatan kerap dilakukan oleh Israel.
“Masalahnya bukan jumlah tawanan,” kata Nunu.
“Melainkan pendudukan (Israel) mengingkari komitmennya, menghalangi pelaksanaan perjanjian gencatan senjata dan melanjutkan perang,” sambungnya.
Taher al-Nunu juga mengaku sudah berbicara dengan mediator Mesir dan Qatar untuk menegaskan sikap Hamas yang tidak ingin melucuti senjata.
Situs berita Israel Ynet melaporkan bahwa berdasarkan proposal gencatan senjata baru, Hamas akan membebaskan 10 sandera hidup dengan imbalan jaminan AS bahwa Israel akan memasuki negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata.