Netra, Jakarta – Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti insiden pembunuhan terhadap 11 penambang emas di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Peristiwa yang terjadi awal April 2025 ini diduga kuat dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Puan menilai kekerasan terhadap warga sipil di Papua bukanlah hal baru dan terus berulang. Ia menekankan pentingnya peran aparat dalam menjamin keamanan masyarakat.
“Aksi ini bukan yang pertama dan sudah banyak masyarakat sipil jadi korban. Aparat keamanan harus menjamin keselamatan warga, termasuk pekerja yang mencari nafkah di Papua,” ujar Puan dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/4/2025).
Ketua DPR RI itu mendesak penyelesaian segera atas rentetan kekerasan di Papua agar tidak dianggap sebagai hal yang lumrah.
“Penyerangan terhadap pendulang emas hanyalah satu contoh nyata dari betapa rentannya warga terhadap kekerasan yang sistemik dan berulang,” tegasnya.
Untuk mendorong solusi jangka panjang, Puan mengusulkan pendekatan dialog dan keterlibatan berbagai elemen masyarakat.
“Langkah baru harus dilakukan, terutama upaya yang mengedepankan dialog, menjamin kesejahteraan, dan memperkuat kehadiran negara secara adil dan manusiawi. Para tokoh adat, agama, akademisi, hingga perwakilan masyarakat sipil bisa menjadi jembatan damai dan membantu memfasilitasi komunikasi,” tuturnya.
Diketahui, 11 penambang menjadi korban serangan di area Lokasi 22 dan Muara Kum, Yahukimo. Mereka mengalami luka parah akibat tembakan, bacokan, hingga panah. Enam korban telah berhasil diidentifikasi, sedangkan lima lainnya masih menunggu proses identifikasi lebih lanjut.
Kepala Operasi Damai Cartenz 2025, Brigjen Faizal Ramadhani, menyatakan serangan terjadi pada 6–7 April. Namun, kepastian insiden baru diperoleh pada 9 April.
“Ya, diduga kuat menjadi korban pembunuhan oleh KKB yang menamakan dirinya sebagai Kodap XVI Yahukimo dan Kodap III Ndugama,” ungkapnya, Rabu (9/4).