Netra, Jakarta – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa proyek penulisan ulang sejarah Indonesia tidak dimaksudkan sebagai sejarah resmi negara. Ia menyebut narasi yang disusun ulang oleh para sejarawan merupakan bagian dari sejarah nasional.
“Nah, kalau ada menyebut official history atau sejarah resmi, ya, itu mungkin hanya ucapan saja, tetapi tidak mungkin ditulis ini adalah sejarah resmi tidak ada itu,” ujar Fadli dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/2025).
Fadli menambahkan bahwa karya tersebut merupakan hasil kerja kolektif para ahli sejarah yang tersebar di berbagai institusi akademik.
“Tetapi ini adalah sejarah nasional Indonesia ya yang merupakan bagian dari penulisan-penulisan dari para sejarawan,” katanya.
Ia menjelaskan, penulisan ulang ini dikerjakan oleh 113 sejarawan yang berasal dari beragam latar belakang akademik. Mereka terdiri dari guru besar, profesor, hingga doktor di bidang sejarah, serta melibatkan arkeolog dan ahli arsitektur.
“Jadi kita telah membuat satu tim, yang melibatkan 113 penulis. 113 ini adalah sejarawan, apakah itu guru besar, profesor atau doktor di bidang sejarah, termasuk ada arkeolog, ada yang latar belakangnya arsitektur dari 34 perguruan tinggi dan 8 institusi, dan 113 penulis,” ungkapnya.
Sebagai informasi, Fadli Zon menargetkan proses penulisan tersebut rampung pada Agustus 2025, bertepatan dengan peringatan 80 tahun kemerdekaan RI. Ia memastikan akan ada sejumlah pembaruan dalam narasi sejarah yang disusun ulang tersebut.
“Sekarang baru dalam proses, yang menuliskan ini para sejarawan. Tahun ini (rencananya diluncurkan), (saat) 80 tahun Indonesia merdeka,” ujarnya, Senin (5/5).