Netra, Jakarta – Pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir. Sejumlah negara di Asia, seperti Hong Kong dan Singapura, mencatat lonjakan kasus secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Dilansir dari Times of India, peningkatan kasus dipicu oleh menurunnya kekebalan tubuh terhadap infeksi dan penyebaran cepat varian baru, Omicron JN.1. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya angka pasien yang dirawat di rumah sakit.
Di Hong Kong, tingkat infeksi melonjak dari 1,7 persen pada pertengahan Maret 2025 menjadi 11,4 persen saat ini.
Situasi serupa terjadi di Singapura. Kementerian Kesehatan setempat kembali menyarankan masyarakat menggunakan masker sebagai langkah pencegahan. Perkiraan kasus baru mencapai 14.200 pada periode 27 April hingga 3 Mei.
Varian dominan yang beredar di Singapura saat ini adalah LF.7 dan NB.1.8, yang merupakan turunan dari strain JN.1.
Sementara itu, dr Tushar Tayal, konsultan penyakit dalam di Rumah Sakit CK Birla, India, menjelaskan sejumlah gejala yang umum terjadi akibat infeksi varian-varian tersebut:
1. Batuk dan Sakit Tenggorokan
“Gejala umum terus berlanjut, termasuk demam, batuk, sakit tenggorokan, kelelahan, dan nyeri otot,” kata dr Tayal.
2. Gangguan Saluran Pernapasan Atas
Ia menyebutkan peningkatan gejala seperti hidung tersumbat, bersin, dan sakit tenggorokan terus-menerus yang menyerupai flu biasa atau alergi.
3. Masalah Pencernaan
Infeksi juga bisa menimbulkan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare.
4. Brain Fog
“Beberapa pasien melaporkan adanya gejala neurologis seperti sakit kepala dan gangguan kognitif yang disebut brain fog,” ujarnya.
5. Iritasi Mata pada Anak
Gejala khas pada anak-anak, khususnya bayi, termasuk konjungtivitis non-purulen atau iritasi mata tanpa nanah.
Meski varian ini lebih mudah menular, tingkat keparahannya cenderung lebih rendah, terutama bagi mereka yang telah divaksinasi.
“Meskipun demikian, potensi dampak yang parah tetap ada, terutama pada populasi yang rentan,” pungkas dr Tayal.