Netra, Jakarta – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan militer Israel bakal masuk ke wilayah Jalur Gaza “dengan kekuatan penuh” dalam beberapa hari ke depan. Ia menegaskan tujuan utama Israel di Jalur Gaza yakni menghancurkan Hamas.
“Dalam beberapa hari mendatang, kami akan masuk dengan kekuatan penuh untuk menyelesaikan operasi. Menyelesaikan operasi berarti mengalahkan Hamas. Itu berarti menghancurkan Hamas,” ucap Netanyahu dalam pernyataan yang dirilis kantor PM Israel, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (14/5/2025).
“Tidak akan ada situasi di mana kami menghentikan perang. Gencatan senjata sementara mungkin terjadi, tetapi kami akan melakukan semuanya dengan sepenuhnya,” tegasnya.
Netanyahu mengatakan saat ini pemerintahannya sedang berupaya mencari megara-negara yang bersedia menerima warga Palestina mengungsi dari Gaza.
“Kami telah membentuk administrasi yang akan mengizinkan mereka (penduduk Gaza-red) untuk pergi, tetapi … kami membutuhkan negara-negara yang bersedia menerima mereka. Itulah yang sedang kami kerjakan sekarang,” ujarnya.
Menurut pernyataan kantor PM Israel, Netanyahu memperkirakan “lebih dari 50 persen akan pergi” jika diberi pilihan, ia akan merujuk pada penduduk Gaza.
Pernyataan itu disampaikan Netanyahu ketika ia berbicara kepada sekelompok tentara Israel yang tengah alami luka dalam pertempuran dengan Hamas, di kantor PM Israel pada Senin (12/5).
Sebelumnya, Netanyahu bersikeras untuk tidak pada kesepakatan gencatan senjata lebih luas atau pembebasan sandera lainnya. Meskipun saat itu Hamas membebaskan seorang sandera berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat (AS) dan Israel bernama Edan Alexander.
Netanyahu juga menegaskan memiliki rencana untuk memasifkan operasi militer di Jalur Gaza ke depannya.
“Israel tidak berkomitmen untuk gencatan senjata dalam bentuk apa pun,” tegas Netanyahu dalam pernyataan yang dirilis kantor PM Israel.
Sementara itu, Hamas menganggap pembebasan sandera AS-Israel merupakan isyarat baik kepada Presiden AS Donald Trump. Hal itu terjadi setelah Trump melakukan kunjungan kenegaraan ke kawasan Timur Tengah pekan ini.
Pembebasan itu juga dilakukan di tengah pemberhentian operasi militer sementara oleh Israel Jalur Gaza. Hal itu dilakukan agar perjalanan sandera yang dibebaskan merasa lebih aman. Namun tak lama usai sandera yang dibebaskan oleh Hamas tiba di Israel, militer Israel kembali melancarkan serangan ke Jalur Gaza, kali ini dengan menargetkan sebuah rumah sakit.