Netra, Jakarta – Asosiasi ojek online (ojol) Garda Indonesia mengancam akan menggelar aksi protes besar-besaran di Jakarta. Namun, kali ini aksi tersebut tak akan berlangsung damai, melainkan lebih ‘brutal’ untuk memastikan tuntutan mereka didengar oleh pemerintah dan aplikator.
Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, mengungkapkan bahwa aksi keras ini akan digelar pada Selasa, 20 Mei mendatang. Dalam waktu yang bersamaan, mereka juga akan meminta mitra driver untuk mematikan aplikasi secara serempak.
“Tidak ada lagi aksi damai aplikator, cepu aplikator, dan komunitas binaan aplikator. Kita wajib melawan dan memberantas mereka!” kata Raden Igun Wicaksono dalam keterangan resminya, Sabtu (19/4/2025).
Persiapan untuk aksi ini telah dilakukan sejak jauh-jauh hari, bahkan sebelum Lebaran. Igun berharap, dengan aksi besar-besaran bulan depan, pemerintah dan perusahaan aplikator akan mendengarkan seluruh tuntutan yang disampaikan oleh pengemudi ojek online tersebut.
“Seluruh ojol pejuang, kibarkan panji-panji perang! Melawan aplikator zalim, melawan ojol antek aplikator, melawan ojol-ojol penjilat aplikator! Tandai mereka, para antek dan penjilat aplikator, wajib dibasmi!” ucapnya.
Igun mengatakan, ada tiga tuntutan utama yang akan disampaikan dalam aksi tersebut: pertama, agar ada payung hukum untuk ojol, kedua, revisi potongan aplikasi yang sebelumnya 40 persen menjadi hanya 10 persen, dan ketiga, menghapus seluruh skema tarif murah seperti aceng atau slot.
Ketiga tuntutan ini sejatinya sudah disuarakan dalam aksi-aksi sebelumnya. Namun, karena belum ada langkah konkret hingga kini, Garda Indonesia bersama mitra ojol se-Indonesia siap menggelar aksi lebih masif dan menegaskan bahwa mereka tak akan lagi bersikap damai.
“Garda Indonesia melawan arogansi korporat asing, aplikator asing beserta antek-anteknya, termasuk oknum intelijen hitam kaki tangan aplikator asing,” tegasnya.