Netra, Jakarta – Lalu lintas di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok macet parah karena adanya lonjakan bongkar muat truk peti kemas. Kemacetan itu terjadi sejak Kamis (17/4) dini hari hingga malam.
Pihak kepolisian dari Polres Tanjung Priok dan Ditlantas Polda Metro Jaya segera melalukan koordinasi dengan Pelindo serta KSOP Pelabuhan Tanjung Priok guna mengurai kemacetan tersebut.
Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Martuasah Tobing mengatakan dari hasil koordinasi itu diputuskan untuk dilakukan pembukaan gratis pada gate pass pelabuhan guna mengurangi kendaraan dari arah Clincing-Kalibaru.
“Lalu penambahan personel security di setiap line gate in, di mana total ada 5 gate untuk membantu percepatan kendaraan melakukan proses bongkar muat,” kata AKBP Martuasah dalam keterangannya, diterima Netra, Jumat (18/4/2025).
AKBP Martuasah menuturkan pihak pelabuhan juga sudah melakukan penambahan personal operator alat berat bongkar muat. Ia menambahkan, pihaknya turut meminta bantuan dari satlantas Polres Metro Jakarta Utara guna melakukan rekaysa lalu lintas.
Lebih lanjut, AKBP Martuasah menuturkan ia memanggil pihak manajemen NPCT1 dan MTI Pelindo. Hingga akhirnya disepakati 7 Gate Common Area PT MTI dibuka semua dan berlaku one way.Lalu, ia mengatakan sebanyak 26 unit alat berat (RTG) NPCT-1 dikerahkan duntuk mempercepat proses bongkar muat.
Untuk mengurai kemacetan, NPCT1 juga membuka 5 pintu terminal area dan memberlakukan rekayasa contra flow di SAR. AKBP Martuasah menegaskan saat itu pihak kepolisian tidak hanya harus mengurusi kemacetan melainkan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas)
Pihak Polres Pelabuhan Tanjung Priok juga disebut memberi bantuan makanan dan minuman kepada para sopir dan asistennya yang kelelahan akibat kemacetan itu.
“Kondisi ini tentunya membuat sopir truk lelah dan lapar. Oleh sebab itu kami juga lakukan upaya-upaya agar mereka tetap standby di kendaraannya, tetapi kami suplai makanan serta minuman,” ujarnya.
“Kami meminimalisir mereka meninggalkan kendaraan untuk mencari makan dan minum, karena khawatir saat arus jalan mereka tidak di truknya, terjadi perlambatan,” pungkas AKBP Martuasah.