Netranomics, Jakarta – China menegaskan tidak gentar menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) dan menyerukan penyelesaian melalui dialog yang adil. Pemerintah Beijing menyatakan penolakan terhadap tekanan dan ancaman dari Washington.
Ketegangan dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini terus memanas sejak Presiden AS saat itu, Donald Trump, memulai kebijakan tarif tinggi terhadap produk-produk impor, khususnya dari China. Sebagai respons, China memberlakukan tarif balasan dengan besaran serupa.
Melansir dari laporan BBC, ketika Trump pertama kali mengumumkan kebijakan pajak impornya, China membalas dengan tarif 34% terhadap produk AS. Washington kemudian meningkatkan tarifnya hingga 104%, yang membuat Beijing kembali merespons dengan tarif hingga 84%. Hingga kini, tarif AS terhadap barang dari China telah mencapai 125%, dan berpotensi naik menjadi 145% pada beberapa produk terkait fentanyl.
Pada Rabu (9/4), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyebut langkah Gedung Putih sebagai tindakan intimidatif.
“Beijing dengan tegas menentang dan tidak akan pernah menerima praktik hegemonik dan intimidasi seperti itu,” ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan media pemerintah.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan China menyebut kebijakan tarif tambahan dari AS sebagai
“kesalahan di atas kesalahan” dan menolak apa yang mereka sebut sebagai “aksi pemerasan”.
Di pihak lain, Presiden Trump tetap bersikap keras melalui pernyataan Sekretaris Pers Karoline LeavittPada Selasa (15/4).
“bola ada di tangan China.” ucapnya.
“China perlu membuat kesepakatan dengan kita. Kita tidak harus membuat kesepakatan dengan mereka,” imbuhnya.
Trump juga menuduh China telah mengingkari kesepakatan besar dengan Boeing, setelah laporan Bloomberg menyebut Beijing memerintahkan maskapai penerbangannya untuk menunda pengiriman pesawat dari perusahaan tersebut.
China pun kembali menegaskan bahwa mereka tidak takut menghadapi tekanan ekonomi.
“Jika AS benar-benar ingin menyelesaikan masalah melalui dialog dan negosiasi, AS harus berhenti memberikan tekanan ekstrem, berhenti mengancam dan memeras, dan berbicara dengan China atas dasar kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dikutip kantor berita AFP, Rabu (16/4/2025).
“Posisi China sudah sangat jelas. Tidak ada pemenang dalam perang tarif atau perang dagang. China tidak ingin berperang, tetapi tidak takut berperang.” pungkasnya.