Netra, Jakarta – Sutiyono (39), seorang satpam di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi, yang menjadi korban penganiayaan hingga mengalami kejang dan muntah darah, menolak upaya damai yang ditawarkan pihak tersangka berinisial AFET. Keluarga korban bersikeras agar proses hukum tetap berjalan.
“Kami juga sudah sampaikan kepada keluarga korban tidak ada kata damai. Jadi kami tutup ruang mediasi tegak lurus proses sampai dihukum seberat-beratnya,” ujar kuasa hukum korban, Subadria Nuka, saat ditemui wartawan di Polres Metro Bekasi Kota, Jumat (11/4/2025).
Subadria mengungkapkan bahwa pihak tersangka sempat mengupayakan pertemuan, namun ditolak oleh keluarga korban. Ia menegaskan bahwa tidak ada ruang untuk mediasi dalam perkara ini.
“Dari pihak keluarga, baik keluarga tersangka kuasa hukum mencoba mau minta dihubungkan dengan kami. Tapi kami tegaskan tidak ada mediasi,” tegasnya.
Upaya dari pihak tersangka untuk bertemu dibenarkan oleh kuasa hukum AFET, M Syafrie Noor. Menurutnya, kliennya telah menunjukkan itikad baik untuk menyelesaikan masalah, meskipun tidak mendapat respons yang diharapkan.
“Artinya, kita tuh sangat serius untuk bisa menyelesaikan persoalan. Kalau kemudian dari pihak sana tidak ada tanggapan positif, ya apa boleh buat. Yang penting bagi kami adalah, kami memperlihatkan di tiket baik kami, klien kami juga seperti itu,” kata Syafrie.
Sebelumnya, AFET diduga melakukan penganiayaan terhadap korban dengan cara mendorong hingga membanting tubuh Sutiyono. Akibat tindakan tersebut, korban mengalami kejang, tak sadarkan diri, dan harus menjalani perawatan medis di rumah sakit.
Atas perbuatannya, AFET telah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 351 ayat 2 KUHP tentang Penganiayaan Berat. Ia terancam hukuman penjara maksimal lima tahun.