Netraoto, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan tidak mempermasalahkan kenaikan harga mobil di negaranya yang terjadi usai pengenaan tarif impor sebesar 25 persen. Menurutnya, kondisi itu merupakan dampak yang wajar dan harus diterima oleh perusahaan maupun konsumen.
Dilansir dari NBC News. Trump menegaskan bahwa lonjakan harga hanya berlaku pada kendaraan impor, bukan produksi dalam negeri. Ia mengklaim, kebijakan tersebut dirancang untuk mendorong para produsen agar memindahkan basis produksinya ke AS.
“Pesannya adalah selamat (untuk produsen), jika Anda membuat mobil di Amerika Serikat, Anda akan menghasilkan banyak uang. Jika tidak, Anda mungkin harus datang ke Amerika Serikat, karena jika Anda membuat mobil di sini, tidak ada tarif,” ujar Trump, pada Rabu (9/4/25).
Presiden ke-45 AS itu bahkan menyambut baik jika harga mobil impor naik. Ia meyakini hal tersebut justru akan mengalihkan minat masyarakat pada kendaraan buatan lokal.
“Saya tidak peduli kalau mereka (merek impor) menaikkan harga (kendaraan), karena orang-orang akan mulai membeli mobil buatan Amerika,” tambahnya.
Trump juga berharap kenaikan harga mobil impor dapat mempercepat peralihan konsumen ke produk domestik. Ia ingin mobil rakitan AS kembali mendominasi pasar dalam negeri.
“Saya tidak peduli. Saya berharap mereka menaikkan harga, karena jika mereka melakukannya, orang-orang akan membeli mobil buatan Amerika. Kami punya banyak,” kata Trump.
Sementara itu, di kesempatan terpisah, profesor ekonomi dari MSU Denver, Dr. Kishore Kulkarni, memperkirakan harga mobil di AS dapat melonjak antara US$ 8.000 (sekitar Rp133 juta) hingga US$ 15.000 (sekitar Rp251 juta) akibat kebijakan tarif tersebut. Lab Keuangan Universitas Yale memprediksi kenaikan sedikit lebih rendah, yakni sekitar US$ 6.400 (sekitar Rp110 juta).
Kulkarni menambahkan bahwa suku cadang impor untuk kendaraan juga akan dikenakan tarif serupa. Oleh karena itu, meski proses perakitan dilakukan di dalam negeri, harga mobil tetap berpotensi naik jika komponennya berasal dari luar negeri.
Menurutnya, industri otomotif sangat bergantung pada rantai pasok global. Bahkan produsen seperti Tesla, yang kerap dianggap sebagai simbol kendaraan nasional, masih mengandalkan komponen dari luar negeri.
“Untuk banyak mobil, perakitan ada di suatu tempat, mesinnya dari suatu tempat, suku cadang bodinya ada di suatu tempat. Jadi jelas, mobil adalah komoditas yang sangat kompleks yang membutuhkan banyak barang impor dan input impor, dan oleh karena itu, perusahaan mobil akan menemukan cara untuk beradaptasi dengan semua ini,” ungkap Kulkarni.