Netranomics, Jakarta – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menilai kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi asing.
Menurut Luhut, tarif yang dikenakan AS terhadap Indonesia relatif lebih rendah dibanding negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini dinilainya bisa menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baru bagi perusahaan global yang membidik pasar Amerika Serikat.
“Ketegangan dagang ini bisa menjadi momentum repositioning. Indonesia punya potensi menjadi tujuan investasi dan basis produksi baru, apalagi tarif kita relatif lebih rendah dibanding banyak negara ASEAN lainnya,” kata Luhut melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @luhut.pandjaitan, Selasa (8/4/25).
Namun demikian, Luhut menekankan bahwa untuk mewujudkan potensi tersebut, Indonesia perlu melakukan deregulasi.
“Karena itu, deregulasi dan pemangkasan biaya ekonomi tinggi akan menjadi solusi nyata yang kami tempuh,” tegasnya.
Dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Luhut juga menjelaskan bahwa deregulasi akan menciptakan pasar domestik yang lebih fleksibel dan kompetitif.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa kebijakan tersebut juga berpotensi mempercepat penyelesaian kesepakatan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa melalui skema Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
“Dengan deregulasi tadi, penyelesaian I-EU CEPA yang selama ini belum terselesaikan saya kira akan segera terselesaikan dan akibatnya market pasar kita di Eropa juga menjadi luas,” sambungnya.
Dengan perluasan pasar di Eropa, Luhut meyakini Indonesia akan memiliki lebih banyak mitra dagang untuk menekan dampak negatif dari tarif resiprokal yang diberlakukan oleh AS.
“Sehingga market ke Amerika masih jalan, ke Eropa juga bisa jalan, dan juga BRICS kita masuk, kemudian Tiongkok juga masih membutuhkan kita, saya kira kita bisa meng-absorb dampak tarif 32% yang diterapkan oleh Amerika,” pungkasnya.