Netra, Jakarta – Wakil Menteri (Wamen) Pemuda dan Olahraga, Taufik Hidayat, ingatkan PSSI jangan melupakan pembinaan. Hal ini terkait dengan gencarnya kebijakan naturalisasi yang dilakukan induk sepak bola tanah air tersebut.
Proses naturalisasi pemain Timnas terakhir dilakukan pada 10 Maret 2025, tiga nama yakni Emil Audero Mulyadi, Dean James, dan Joey Mathijs Pelupessy, disumpah menjadi WNI untuk memperkuat Timnas Indonesia di ronde ke-3 kualifikasi Piala Dunia Zona Asia.
Beberapa waktu lalu, saat Timnas Indonesia hendak bertanding melawan Bahrain pada 25 Maret 2025, pelatih Timnas Bahrain Dragan Talajic menyinggung tambahan pemain di setiap match yang akan dimainkan Timnas Indonesia.
Taufik Hidayat menyikapi proses naturalisasi tersebut sebagai program yang baik. Taufik mendukung segala program yang dimiliki induk olahraga di bawah Kemenpora.
“Itu yang terbaik semua tahunya, bukan PSSI saja. PBSI mengajukan (program ke) pemerintah kalau itu bagus, yang terbaik buat PBSI kita support. A, B, C, D, sampai Z cabang olahraga yang tahu masing-masing seperti apa. Kita hanya mensupport, itu saja sih,” kata Taufik kepada wartawan, Cipayung, Jakarta.
“Bukan saran dari pemerintah untuk PBSI harus begini, PSSI harus begini. Enggak. Mereka yang punya program, permintaan mereka. Ya, kalau untuk PSSI kan cuma satu kuncinya. Kalau dari pemerintah, dari kita bahwa kita juga harus menguatkan regenerasi atlet yang ada sekarang di sini. Jangan sampai putus. Itu saja sih,” lanjutnya.
Taufik menekankan agar program naturalisasi tak hanya bertujuan mendapat hasil yang cepat, tetapi ia ingin pemain naturalisasi memberi dampak positif bagi pemain lokal terutama pemain muda.
“Ya kalau mau naturalisasi ya monggo saja. Tapi yang di sininya (di Indonesia) juga harus sama-sama jenjang. Yang naturalisasi harus menjadi contoh baik untuk pemain lokal benar-benar Indonesia. Bukan pemain naturalisasi,” katanya.
“Yang di sini harus melihat ke atas bahwa yang pemain junior sampai ke senior saya ingin seperti ini. Biar bisa main di sini. Itu saja sih. Jadi acuan lah. Jadi role modelnya gitu. Ya mudah-mudahan bisa stabil terus,” lanjutnya.
Taufik menambahkan, sebagai Wamen Pemuda dan Olahraga, ia memiliki misi untuk menyusun dan menyelesaikan permasalahan pembinaan yang selama ini tak kunjung menemukan konsep yang pas.
“Kalau saya memikirkan pembinaannya saja. Inginnya lebih baik lagi ke depan. Kalau misalnya Bahrain dibilang 300 juta kok enggak ada ini? Kita enggak ada yang tahu juga,” ujar Taufik.
“Kalau kami berharap pembinaan tetap jalan. Meskipun ada (naturalisasi), tetap jalan. Dikasih kesempatan. Kita merasakan lah. Pasti pro-kontra. Pasti semua enggak ada yang 100 persen setuju. Ada yang setuju juga. Tapi enggak 100 persen setuju juga. Ya PSSI lah yang tahu lebih detail seperti apa,” tambahnya.
Terakhir, ia mengapresiasi langkah naturalisasi yang dilakukan PSSI dan tetap mengimbau agar PSSI memperhatikan pembinaan sedari akar rumput karena menurutnya hal itu akan berdampak baik 4 sampai 8 tahun mendatang.
“Kami cuma berpesan, kami senang dengan PSSI sekarang. Kami bangga. Apalagi menang. Tapi berpesan juga bahwa pembinaan, pembibitan pemain-pemain lokal kita yang asli di sini tetap harus diperhatikan. Karena kalau pengurus cuma sebentar kan? 4 tahun, 8 tahun, 2 periode. Tapi kalau atlet ini panjang, ada lagi, ada lagi, ada lagi. Jangan sampai mereka mati. Itu saja,” pungkasnya.