Netra, Jakarta – Korban akibat Gempa 7,7 Magnitudo di Myanmar terus bertambah. Pada hari Minggu (30/3) jumlahnya menjadi 1.644 jiwa tewas, 139 hilang, dan 3.408 alami luka.
Situasi di Myanmar sebelum terjadinya gempa memang cukup mencekam, yakni adanya perang saudara yang terjadi di sana. Kelompok penentang junta militer Myanmar, yakni Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengumumkan untuk pemberlakuan gencatan senjata guna memudahkan proses penyelamatan korban.
Dikutip dari AP, sayap bersenjata NUG, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), akan menghentikan serangan selama dua pekan di wilayah terdampak gempa, namun tetap akan melawan jika diserang.
Kerusakan Meluas, Bantuan Terkendala
Gempa M 7,7 di Myanmar terjadi pada kedalaman 10 Km atau 6,2 mil. Gempa tersebut melanda barat laut kota Sagaing wilayah tengah Myanmar.
Gempa berasal di sekitar 17,2 Km dari Mandalay, Myanmar.
Di Ibu Kota Naypyidaw, kerusakan menjalar ke sarana listrik, telekomunikasi, dan internet. Sehingga di Ibu Kota Myanmar ini aktivitas internet tidak ada.
Selain itu menara di Bandara Internasional Naypyidaw yang ditujukan untuk pengawas lalu lintas roboh. Hal ini menyebabkan terhambatnya bantuan dari internasional.
Sementara itu PBB sudah alokasikan dana sebesar USD 5 juta untuk penyelamatan korban.
Bantuan dari China sebanyak 17 konvoi truk terdiri dari pasokan medis dan tenda untuk korban terhambat karena keterbatasan alat berat di lokasi.
Di desa-desa Thailand yang terkena dampak gempa, masyarakat menyingkirkan batu reruntuhan bangunan.
“Saya berdoa mereka selamat, tapi melihat puing-puing ini, di mana mereka?” kata seorang perempuan yang kehilangan suaminya dan lima temannya di lokasi konstruksi runtuh di Bangkok, seperti diberitakan AP.
Perang Saudara Hambat Penyelamatan
Diketahui, keadaan Politik Myanmar sedang mencekam. Adanya perang saudara di negara tersebut sudah terjadi pada tahun 2021. Hal ini menambah kerumitan bantuan dari internasional.
Sementara itu perang masih terjadi. Militer Myanmar belum lama ini menembakan roket sebagai bentuk serangan udara ke daerah Kayin dan Shan.
Dari pihak oposisi NUG mengharapkan bantuan dapat disalurkan melalui wilayah yang mereka kuasai.
China dan Rusia yang mana menjadi sekutu utama junta militer Myanmar membantu dengan mengirim tim penyelamat dan uang senilai jutaan dolar.
Negara lain yang sudah mengirimkan bantuan, yakni India, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura.
Berdasarkan Laporan PBB menyebutkan sejumlah fasilitas kesehatan di sana hancur. Hal ini menyebabkan kurangnya peralatan medis, kantong darah, dan alat-alat kesehatan lainnya.