Penjelasan Hasan Nasbi
Diketahui Hasan Nasbi sudah memberikan penjelasan soal respon yang sempat diberikannya terkait kasus teror paket isi kepala babi di Kantor Tempo.
Hasan Nasbi menjelaskan, respon itu diberikannya mengutip dari akun X wartawan Tempo Francisca Christy Rosana yang menjadi korban penerima paket teror kepala babi tersebut.
“Padahal kan saya mengutip dari X-nya Francisca, wartawati yang dikirimi kepala babi itu. Saya tuh sebenernya jarang sepakat sama Tempo lho, ya tapi saya setuju dengan cara Francisca merespons itu. Saya justru setuju dengan cara dia merespons kiriman kepala babi itu, itu kan cara yang sudah tua, cara-cara sudah lama, dan dengan dia merespons gitu buat saya respons yang bagus,” kata Hasan kepada wartawan, Sabtu (22/3).
Menurut Hasan kiriman paket itu dapat dilihat sebagai teror yang ditujukan kepada Francisca atau Cica. Kendati demikian, Cica menyikapi hal tersebut dengan kelucuan, tidak terlihat rasa takut sama sekali.
“Makanya saya menyempurnakan caranya meresponsnya aja, karena memang yang teror itu, tujuan orang ngasih teror itu menciptakan ketakutan. Justru itu cara melecehkan peneror yang bagus itu dengan cara kaya gitu, cara Francisca itu menurut saya cara bagus untuk melecehkan si pengirim kepala babi itu, dan saya mendukung dia untuk melakukan itu, biar tujuan si peneror nggak sampai kan,” ujar Hasan.
“Dan kalau saya ya karena saya tahu dari X-nya dia makan daging babi ya saya bilang kalau dikirim gitu cara melecehkan peneror yang lebih paripurna lagi ya dimasak,” lanjutnya.
Ia menjelaskan ‘dimasak’ adalah bentuk respon yang tepat dari Cica kepada peneror. Bagi Hasan hal itu menandakan teror yang dilakukan gagal.
“Saya setuju dengan cara dia (Francisca) merespons teror itu, dan saya ngomong gitu dalam rangka mendukung dia (Francisca) merespons teror itu, bukan menganggap remeh teror ke Tempo, tapi justru si peneror ini harus kita lecehkan, kalau kepala babinya dimasak kan berarti terornya nggak berhasil,” ujarnya.
Terakhir Hasan terus menegaskan bahwa pemerintah mendukung kebebasan pers. Selama ini ia selalu terbuka pada media mana saja, bahkan media yang selalu mengkritisi pemerintah, dan tidak pernah ada sensor atau yang ditutup-tutupi.
“Saya kan sudah bilang bahwa kalau dari pemerintah tidak pernah ada pengekangan apa-apa terkait kebebasan pers. Makanya media media yang paling kritis sekalipun tetap bisa menulis berita, bahkan tetap ada istana, di istana tidak ada sensor media ini kritis, media ini kritis, kan tidak. Sejauh ini bisa liputan di istana dan kementerian lain juga,” ujarnya.
“Kalau dari pemerintah kan sudah terbukti, jadi kalaupun ditanyakan kita pakai bukti aja jawabnya, nggak ada yang disensor, nggak ada yang dihalang halangi, boleh nulis berita bahkan boleh siaran. Sekeras apapun kontennya mereka, itu kan bukti, kalau dari pemerintah penghargaan kebebasan pers itu bukan sekadar teori tapi udah nyata,” pungkasnya.