Mengapa Imamoglu Dianggap sebagai Penantang Kuat Erdogan?
Seiring meningkatnya popularitasnya, Imamoglu sering disebut sebagai kandidat potensial presiden pada pemilu 2028. Namun, banyak yang memperkirakan bahwa Partai AKP akan melakukan berbagai upaya untuk melemahkannya, termasuk melalui jalur hukum.
Pada 2022, Imamoglu dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara atas tuduhan menghina pejabat publik. Meskipun pengadilan banding belum mengeluarkan putusan final, kasus ini dianggap sebagai salah satu bentuk tekanan politik terhadapnya.
Pada 2023, ia kembali menghadapi tuduhan kecurangan tender, yang menurut para pendukungnya merupakan upaya bermotif politik untuk menjatuhkannya. Tuduhan terbaru kali ini dianggap sebagai yang paling serius.
Tekanan semakin meningkat ketika Universitas Istanbul mencabut gelar sarjananya. Jika putusan ini dikukuhkan oleh pengadilan, Imamoglu bisa dilarang mencalonkan diri dalam pemilu mendatang, karena kualifikasi pendidikan tinggi merupakan salah satu syarat pencalonan presiden di Turki.
Namun, jika Erdogan mencalonkan diri kembali, pemilu bisa saja diselenggarakan lebih awal, sehingga semakin memperumit dinamika politik di negara itu.
Demonstrasi Meluas, Otoritas Berlakukan Larangan
Tak lama setelah penangkapan Imamoglu, otoritas Istanbul mengumumkan larangan demonstrasi hingga 23 Maret. Meski demikian, ribuan warga tetap turun ke jalan, termasuk mahasiswa yang menggelar aksi di kampus-kampus Istanbul dan Ankara.
“Mereka menahan Wali Kota yang kami pilih secara demokratis. Ini bukan praktik demokrasi, dan saya mengutuknya,” ujar seorang pendukung oposisi, Ali Izar.
Pemerintah juga memperketat pengawasan media sosial, menindak 261 akun yang dianggap menyebarkan konten provokatif, termasuk 62 akun berbasis di luar negeri. Dalam 24 jam, tercatat 18,6 juta unggahan di platform X terkait Imamoglu.
Selain membatasi kebebasan berekspresi, otoritas juga memblokir akses ke beberapa platform digital serta menyita Imamoglu Construction, Trade and Industry, sebuah perusahaan konstruksi yang sebagian kepemilikannya dimiliki oleh Imamoglu.
Situasi semakin memanas saat ribuan demonstran mencoba bergerak menuju Alun-alun Taksim, pusat aksi unjuk rasa di Istanbul. Namun, polisi telah memasang barikade sejak Rabu pagi, menyebabkan bentrokan antara aparat dan massa.
Seorang koresponden AFP di lokasi melaporkan bahwa polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan demonstran.
Di tengah aksi protes, ribuan massa, yang mayoritas mahasiswa, meneriakkan “Tayyip, mundur!” sebagai seruan langsung kepada Presiden Erdogan.